Dataran Tinggi Gayo Merupakan Perkebunan Kopi Terluas di Indonesia
Takengon – Pakar Ekonomi yang juga mantan Gubernur
Aceh, Prof. DR. H. Syamsudin Mahmud menyatakan kualitas kopi Gayo yang telah
dikenal di manca negera itu harus dapat terus dipertahankan. Karena dari segi
cita rasanya, kopi Gayo memiliki prospek pasar yang cukup cerah.
Syamsuddin Mahmud yang mengadakan pertemuan silaturahmi dengan Bupati Aceh
Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM Kamis (25/10) malam di Pendopo Takengon
menyebutkan, areal perkebunan kopi di daerah dataran tinggi Gayo, kata mantan
Gubernur Aceh priode 1993 - 2000 merupakan perkebunan kopi terluas di
Indonesia, setelah Timor –Timor. Namun kini perkebunan kopi di Timor-Timor yang
hanya 7000 herktar itu sudah tidak ada lagi.
Menurut Syamsuddin mahmud yang dalam usianya 73 tahun itu, namun masih tetap
energik, tanaman kopi jenis arabica telah mulai dikembangkan oleh Belanda di
Aceh Tengah pada tahun 1926. Malah, sekitar tahun 1976 Belanda mengirim dua
orang guru besar yang merupakan pakar tanaman kopi yakni, Prof. Menez dan Prof.
Boss, dari Rotterdam, untuk meneliti lebih jauh tanaman kopi yang ada di daerah
seribu gunung ini.
Waktu itu kata Syamsuddin, ia baru kembali dari Belgia untuk mendampingi kedua
ahli kopi untuk melakukan penelitian di Aceh Tengah. Dari hasil penelitian
tersebut, tambah Syamsuddin, sekitar tahun 1983 hasil kerja sama Pemerintah
Belanda dengan Aceh membangun pabrik processing kopi dengan nama LTA 77 yang
berlokasi di Kampung Pondok Gajah, Kecamatan Bandar.
Program Belanda sendiri waktu itu adalah melakukan pembangunan jalan-jalan desa
yang diidentifikasi sebagai sentral kopi, membangun pabrik pengolahan kopi
basah, serta pembinaan petani kopi. Produksi kopi milik petani yang ditampung
oleh LTA 77 yang selanjutnya diproses menjadi kopi biji kering dengan label
Gayo Mountain Coffee. Selain biji kopi kering, perusahaan itu juga memproduksi
bubuk kopi dengan label yang sama. “Nah label inilah yang harus kita
pertahankan”, pinta Syamsuddin Mahmud.
Karena sejak hadirnya pabrik pengolahan kopi basah, nama kopi Gayo dikenal oleh
negara-negara konsumen kopi dunia. Salah satu negara pertama sasaran eksport
kopi Gayo adalah Jepang. Pihak perusahaan melalui Mitsui Company mengeksport
kopi ke negara Sakura tersebut. Di pasaran di negara itu masih kata Syamsuddin,
produk Gayo Mountain Coffee menduduki urutan kedua setelah Blue Mountain Coffee
dari Jamaika. “Sebenarnya dari segi cita rasa dan aroma, Gayo Mountain Coffee
lah yang paling enak”, sebut Syamsuddin.
Syamsuddin mengakui, dia sudah hampir tujuh tahun tidak mengunjungi kota
dataran tinggi Gayo itu. Makanya, bila ia merasa rindu dengan Aceh Tengah, ia
akan tetap teringat dengan kopi Gayo. Untuk Syamsudin Mahmud yang kini menetap
di Jakarta, sealalu memesan kopi Gayo. Karena jasa-jasanya dalam merintis
berdirinya Perusahaan Daerah Gernap Mupakat (PDGM), pihak perusahaan tersebut
mengirimkan bubuk kopi untuk Pak Syam panggilan akrab Syamsuddin Mahmud dengan
jenis bubuk kopi jenis Moca. “Sampai sekarang kan masih ada kopi jenis moca itu
dikembangkan di perkebunan milik perusahaan itu”, tanya Syamsuddin.
Untuk itu Syamsuddin berkali-kali berharap agar label Gayo Mountain Coffee yang
telah berhasil merebut pasaran tersebut dapat terus dipertahankan. Pak Syam
kembali menceritakan pengalamannya dalam lawatan ke negara Swiss. Di negara
tersebut para ahli kopi melakukan penelitian terhadap kopi organik setiap
tahunnya.
Sisi lain Syamsudin menyatakan kekaguman terhadap potensi besar yang dimiliki
oleh Aceh Tengah. Daerah negeri Peteri Bensu itu, tidak hanya dikenal sebagai
kawasan lumbung kopi terbesar di Indonesia. Lebih dari itu, Syamsudin
menggambarkan, alam Aceh Tengah seperti alamnya Swiss. Lahan yang subur dan
potensi yang cukup besar itu sangat menjanjikan untuk kesejahteraan masyarakat
setempat.
Menjawab harapan Syamsuddin Mahmud terhadap label Gayo Mountain Coffee, Bupati
Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM yang ditanyai terpisah menyatakan, Pemda
terus melakukan berbagai upaya untuk tetap mempertahankan nama sekaligus
kualitas kopi Gayo. Menurut Nasaruddin, masukan-masukan yang disampaikan Syamsudin
Mahmud yang memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pemerintahan maupun
berbagai bidang lainnya, merupakan masukan berharga untuk kemajuan daerah itu.
Karena kata Nasaruddin, sumbangsih mantan Gubernur Aceh terhadap Aceh Tengah,
khususnya dengan berdirinya PDGM sangat besar. Untuk itu meski apapun hambatan
yang ada di PDGM, Pemda akan terus berupaya mencari jalan keluarnya. “Apa yang
telah dirintis oleh Pak Syam harus terus kita pertahankan”, ujar Nasaruddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar